Microsoft, Google, dan Amazon Alihkan Produksi dari China Antisipasi Tarif Impor Trump 100%

SastraVani - Banyak perusahaan dari Amerika Serikat (AS) melakukan pengadaan serta pabrikasi produknya sendiri di Tiongkok demi mengurangi biaya operasional dan manufakturing.
Namun akhir-akhir ini, beberapa perusahaan Amerika Serikat mulai mengalihkan jalur pasokan dan proses produksinya dari "Negara Tirai Bambu" ke negara-negara lain. Diantaranya yang paling baru yaitu perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, Google, dan Amazon.
Menurut laporan Nikkei Asia Dengan merujuk pada beberapa sumber dari industri, Microsoft berencana agar hingga 80 persen komponen yang digunakan dalam perangkat Surface, server pusat data (data center), serta konsol game Xbox diproduksi di luar Tiongkok mulai tahun depan.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa kebanyakan produksi server Microsoft telah mulai dipindahkan sejak tahun 2024.
Jadi, sebagai dukungan terhadap rencana tersebut, Microsoft dilaporkan sudah mengajukan permohonan kepada beberapa pemasok agar menyediakan kapasitas produksi di luar Tiongkok.
Tidak diketahui daerah apa yang akan menjadi pusat produksi baru Microsoft untuk perangkat Surface maupun server mereka. Namun, terkait Xbox, Microsoft dilaporkan bermaksud memproduksi dan merakit konsol tersebut di kawasan Southeast Asia.
Mereka disebut sudah bekerja sama dengan berbagai mitra setempat dalam pengadaan komponen serta pemasangan produk.
Selanjutnya mengenai Amazon, dikabarkan sedang melakukan evaluasi terhadap kemungkinan pemindahan produksi server yang didasarkan pada kecerdasan buatan (AI) milik Amazon Web Services (AWS) keluar dari Tiongkok.
Perusahaan yang dikomandoi oleh Jeff Bezos saat ini dilaporkan sedang mencoba meminimalisir ketergantungannya pada para pemasok lama asal Tiongkok, termasuk di antaranya adalah Shengyi Electronics (SYE).
Perusahaan-perusahaan seperti Microsoft, Google, dan Amazon belum mengungkapkan pengumuman resmi maupun data pasti tentang perpindahan aktivitas manufaktur mereka dari Tiongkok menuju negara-negara lain.
Tetapi secara pasti, tindakan ini muncul pada saat ketegangan geopoli tik antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin memburuk, serta kebijakan tegas Presiden AS, Donald Trump, yang mengajak perusahaan-perusahaan Amerika untuk "melepaskan" ketergantungan terhadap Tiongkok.
Kebijakan Presiden Trump meningkatkan bea masuk barang-barang yang diimpor Tarif impor mengalami kenaikan berdasarkan kebijakan Trump Peningkatan pajak impor dilakukan oleh pemerintahan Trump Aturan tariff yang dikeluarkan oleh Trump menyebabkan peningkatan biaya impor Trump menerapkan kebijakan baru yang menaikkan besaran tarif impor
Kebijakan Presiden Trump yang mewajibkan perusahaan Amerika Serikat untuk menjauhi Tiongkok berfokus pada kenaikan pajak impor sampai mencapai 100 persen.
Tarif ini akan diberlakukan untuk barang-barang yang impor dari negara itu sejak bulan November tahun depan.
Trump juga akan menguatkan regulasi terkait ekspor dan impor perangkat lunak serta teknologi krusial antara Amerika Serikat dengan Tiongkok.
Jadi, kebijakan itu bisa memengaruhi operasional pabrik dari sejumlah perusahaan Amerika Serikat yang selama ini sangat tergantung pada Tiongkok.
Trump telah lama mendukung perpecahan dalam perekonomian. (decoupling) di antara perusahaan Amerika Serikat dan Tiongkok
Dia bahkan pernah memaksa Chief Executive Officer Intel, Lip-Bu Tan, mengundurkan diri karena dinilai memiliki keterkaitan yang terlalu erat dengan Tiongkok.
Namun, ancaman tersebut dicabut setelah Intel menyetujui penjualan 10 persen sahamnya kepada pemerintah Amerika Serikat pada Agustus 2025 lalu.
Mengenai perpindahan aktivitas produksi dari Tiongkok, informasinya menyebutkan bahwa tindakan ini kemungkinan besar tidak bisa dilakukan dengan cepat. Pasalnya, menggeser proses manufaktur dari negara itu ke wilayah lain mungkin butuh periode waktu yang cukup panjang.
Di pihak lain, Tiongkok juga mulai memanfaatkan kemampuan industri mereka sebagai sarana pembalasan terhadap kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat.
Salah satu langkah yang diambil ialah menguatkan pengawasan terhadap ekspor bahan galian langka. (rare earth minerals) komponen yang sangat krusial dalam proses produksi mikrochip computer.
Sekarang ini, semua barang yang memuat lebih dari 0,1 persen bahan galian asal Tiongkok harus dilengkapi dengan izin ekspor dari pemerintah.
Ternyata China menguasai sekitar 70 persen penambangan serta 90 persen pemurnian pasokan bahan tamba langka di seluruh dunia.
Oleh karena itu, kebijakan ini tampaknya akan menyebabkan beberapa negara yang bergantung pada bahan dari Tiongkok merasa kewalahan, seperti yang dilaporkan dalam rangkuman tersebut. KompasTekno dari NikkeiAsia, Senin (20/10/2025).
Selain kebijakan mengenai bahan dasar, Tiongkok dikabarkan sedang memperketat pengawasan terhadap perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, termasuk dua perusahaan semikonduktor yaitu Nvidia dan Qualcomm.
Posting Komentar